Sebuah kebersamaan yang tidak sebentar, berpuluh bahkan beratus ratus hari telah berlalu, mengukir cerita yang takkan pernah terlupa

Kau dengan sikap keras kepalamu dan aku dengan keegoisanku yang kini membuat suasana menjadi tak biasa

Tidak hanya sekali, aku terus menghalau meyakinkan dan menenangkan, bertahanlah "Jangan memutuskan sesuatu saat kau sedang marah"

Aku berpikir, saat kau akhirnya memilih pergi untuk kesekian kali, aku berjanji takkan menghalangi langkahmu namun aku bertanya "apa yang sebenarnya kau cari?" Dan aku baru mengerti, sesuatu yang kau cari tidak dalam diriku telah kau temukan pada dirinya sehingga tak ada lagi yang kujadikan alasan di matamu untuk menjadi istimewa

Kau tau?

Aku merasa menjadi seseorang yang tak pernah berharga selama ini

Sejauh keberadaanku nyatanya tak pernah kau anggap ada

Kenapa celah sempit yang mengancam hati itu kau gunakan untuk menemukan seseorang yang bisa menyembuhkan

Kemana saja aku?

Ketidakmampuanku menjagamu dan begitu payahnya aku dalam mengungkap rasa sayang untukmu, membuat kau tak bertahan, meski berkali-kali ku katakan "bertahanlah!"

Untuk kepergianmu

Tentu, Akan menyisakan duka hati

Segala kepatahan ini disebabkan; kesalahan ku, yang tak bisa membuatmu tinggal lebih lama disini; aku

Yang tak mempunyai kelebihan seperti dia yang kau temukan sekarang

Seandainya telingaku adalah tempat paling nyaman untuk berpeluh, lelah menceritakan kegelisahanmu tentangku

Seandainya pundakku kau gunakan sebaik mungkin untuk istirahat dari segala masalah

Tentu, aku adalah orang paling utuh yang akan membersamaimu hingga usia menguasaikan kita, tak kan ada duanya dan tak ada nama yang istimewa selain namaku saja

Namun, terlampau jauh sudah hatimu berpaling

Apalagi yang bisa ku lakukan selain menerima?

Tidak seorangpun berkenan dijadikan orang ke tiga dalam suatu hubungan

Tak kan sampai hati aku akan membuatnya sakit sama dalam seperti apa yang ku rasakan saat ini

Jika memang benar ini harus berakhir, aku belajar untuk tumbuh menjadi pecinta yang tak kan mendua karena tau; begitu sakitnya ada orang ketiga

***